About Me
im not exist, im in everybody's mind...

Archives
 
Tuesday, July 06, 2004

 KAMI MENOLAK MENCERMINKAN DIRI KAMI DENGAN REALITA, KAMI LEBIH MEMILIH MENJADI SEBUAH PALU



Kami sudah muak dengan kota, tempat dimana mereka menyingkirkan kuil matahari. eksistensi kami ditelan oleh peradaban kematian, di injak-injak laju sirkuit menang-kalah. semua dinding privasi dunia, proliferasinya membuta diatas erogen-erogen kami yang mulai meluap panas. Semua tabir sembunyi apologi kita, diantara pembenaran konsumsi dan pelarian, dibawah warna-warni lampu dan polesan-polesan indah. Lukisan-lukisan adalah sayap seduksimu, menyerap semua kemiskinan yang kita kutuk berbarengan menjadi tahta megah ekstase nihil kita. semua ideologi dan moralisme perjuangan adalah nasi basi yang kita wajib makan di antara sedemikian banyak hidangan-hidangan lainnya diatas meja. Bangkai-bangkai yang kita sisipi didalam tubuh kita, meradang menuju sel-sel dan menunggangi semua keinginan, bahkan apologi diatas semua ketakberujungan diri kita.

apakah mati itu tidur dan apabila hidup hanyalah mimpi.
Bila mimpi bukanlah tidur maka itu adalah hidup di dalam segenap gurunnya yang disebut nyata. Apabila setiap konsumsimu menjadi pengganti palu. Kebarbaran autosaurus, necropolis yang diperhalus menjadi urban, semua ketertarikan kita..yang hilang dan hinggap di sisi jalan tempat etalase kaca menebarkan aroma pandangannya. Lorong-lorong hidup dan pusat prostitusi, konspirasi wujud manusiawi, dan si penguasa tertawa diatas kumpulan para batu tak berguna didalam liang yang disebut dunia. Tolonglah, kami sudah jenuh dengan katedral tua itu, lumut-lumut menyerap dinding-dindingya yang tuli, tembok ratapan yang harus dikencingi. Kami ingin ketidakteraturan yang dinamis bukannya ketidakteraturan yang stabil. Kami ingin kehancuran tanpa akhir dari setiap zona-zona kuburan yang kamu sebut sebagai kehidupan.
tiap hari kita datangi katedral tua itu dan menangisi kematian kita. pasca-skizofrenia para mayat berpangkat dekadensi.
Naikan tangan keatas dan bertanyalah pada dirimu, apabila tidak mampu raihlah sebuah revolver dan arahkan ke mulutmu. Para manusia sia-sia yang tidak bisa menumbuhkan bunga di sela-sela rantai belenggu diri—tolonglah! tidak ada yang mau menumbuhkannya bagimu. Bunuhlah dirimu sendiri baru dunia terpuaskan tanpa ocehan tak bernyawamu itu
Ketika billboard-billboard yang bertopeng hidup itu menjadi layaknya kehormatan bagimu, dan jalan-jalanmu di tentukan oleh satu arah pasti pembenaran dewa-dewi akademik, naluri logismu itu, seketika dunia kau anggap logika, maka kamu adalah seonggok kerangka kering di semesta kacau yang di reduksi menjadi pembenaran dua warna. Para orang bodoh, dunia telah dilimpahi dengan mereka, yang datang dan pergi, yang melakukan ini dan itu, yang makan dan mencerna tanpa merasakan apa-apa…seagung kehormatan--mereka adalah sama, tidak lebih dari halusinasi, reputasi dari ketiadaan yang sempurna, agama sebuah ilusi, kematian dari seluruh annihilasi.
Kutuk si anak bajingan! di tengah dua ujung lidahmu yang tak kunjung berpangkal, segenap metafor suci reruntuhan surgawi, para jemaat yang berdoa sembah nihilitas.
Kami menolak mewujudkan diri di dalam tungku suci alamiah, cawan-cawan dan sangkakala tinggal puing-puing yang berserakan di jalanan yang termanipulasi oleh keyboard dan layar visual, nyanyian manis semesta mati audio visual, semu yang memesum di dalam simulacrum, kuasa masa lalu dan masa depan tanpa equilibrum, meriam kuno dan sinar laser bersemi diantara sejuta imagi Yahweh dan jam rolex, kitab suci dan ramuan tekno-info pendulum.
Palsu adalah mahkotamu, pendirian semua proskripsi mata yang tertelan dalam halusinasi jutaan pixel yang berdansa.
Sayang, andai aku bisa menjilati seluruh permukaan keindahan kakimu dengan setiap rasa di dalam kaleng instan itu, ketika aroma cintamu menggamang diantara sesisip angin aqua d agio, ketika semua hasrat harus kutuai di sesaknya kabut autosaurus, dan romansa menjadi justifikasi dari setiap puisi patah hati seekor burung yang menukik diantara petir yang menggelegar. Andai aku adalah frode yang terdampar.

Andai bukanlah penyesalan dari imajinasiku, tapi karena realita belum hancur lebur menjadi dunia imajinasi yang berdansa tanpa henti

Mari musnahkan realita dan lihat apa yang bisa kamu tuai dari lahan kosong yang tak berawalan R maupun berakhiran A..

Tuhan memberkati mereka yang menghancurkan
Amin.