About Me
im not exist, im in everybody's mind...

Archives
 
Monday, April 27, 2009

 When everything ends...


Sudah berakhir, bukan? Sudah. Raut wajahmu telah memperlihatkan keteguhan. Bahwa kau yakin noda yang telah menganggu sekian lama pantas kau singkirkan. Tak ada lagi yang patut dipertahankan. Tak ada satu pembelaan pun kesempatan, semua sudah menjadi bubur.


Sekarang tinggal aku. Aku yang begitu gampang menyepelekan semuanya. Aku yang memukul-mukul tembok hampa, meraba kesunyian dalam kepatahan, dalam kemarahan. Kenapa aku harus marah, bukankah ini yang kucari? Adrenalin rasa yang kau eksplorasi, seperti semesta yang ingin kau rengkuh namun terlalu luas, terlalu besar untuk tubuhmu dan hatimu yang kecil. Bisakah kau menahan gelora yang membahana seperti amarah vulkanis? Bisakah kau menyirnakan sore yang kelu dan kelabu, penuh dengan awan hitam, hujan dan badai? Bisakah kau menahan ombak Calypso yang biru menghitam, mengombang-ambing jiwamu hingga berlarut-larut, seakan-akan daratan takkan pernah tergapai, dan badai tak pernah mereda.


Bukan penyesalan yang aku keluhkan. Tapi bunga yang aku temukan itu, pernah dan telah kusia-siakan, hingga ia tak lagi mau memberi madunya untukku. Ia pun tak layu. Ia tetap berdiri, anggun, menunggu yang lain hinggap. Tapi aku juga sudah habis akal untuk mengetahuinya. Aku tidak tahu lagi tentang dirinya. Tentu, ia menunggu mentari kembali bersinar, dan mungkin sinar itu telah datang padanya. Mencurinya di dalam impian-impian esok hari. Membuatnya melupakan yang harus terlupakan. Itulah harapannya, untuk memiliki esok hari. Esok hari yang sudah tidak ada lagi buatku. Bunga itu yang telah kutemukan dan berakhir meninggalkanku.


Seperti pelangi setia menunggu hujan reda...- (Desember-Efek Rumah Kaca)


Seperti itulah dia. Dan hujan serta awan hitam yang reda itu hanyalah bayanganku, rasaku, yang telah hilang untuknya.



Everything I Wrote About Her That Goes Unpublished...


Ini tentangmu. Ini memoar hati yang terpencil dalam ingatan-ingatan masa lalu. Ya, aku juga ingin menghapus segala sesuatu tentangmu.


“eternal sunshine of the spotless mind, each prayer accepted, each wish declined.”


Where are you?


Its been two days since I last heard from her. The universe seems like a blank space. I am naked with agony. I am worry.


Did I stabbed your heart before I go?
Did I fooled my heart before I go?


Bandung/Bojong Koneng – Cikutra Juni 2008


Takut. Gelisah. Tak menentu. Awan di kota Bandung tak tampak cerah sore ini. Demikian pula hatiku. Semangatku surut menunggu datangnya hari. Mimpi dan keinginanku seakan hanyut bersama arus kenyataan. Aku harus menghadapinya tanpa terlalu banyak mengasihani diri. Aku tidak cukup yakin untuk menyudahi semuanya.


Tak ada yang abstrak dalam hidup. Tak ada yang abstrak dalam keinginan. Ada dua sisi di atas langit. Yang satu kelabu dan yang satunya lagi cerah. Kedua-duanya tampak biasa-biasa saja bagiku


22 Juni 2008 Bandung.


waktu, katanya, dapat menyembuhkan luka. Mungkinkah luka yang kurasakan sebenarnya bukanlah luka yang membuatku menderita? Kuakui, aku kecanduan bermain-main dengan luka dan aku sama sekali tidak berniat untuk menyembuhkannya…


aku ingin luka itu meradang
dan ketika saatnya tiba
aku akan mengutuknya!


1 Juli 2008. Surabaya



La’Mere


I will always have an affair with the sea
An affair with the sea is endless and painful


When you’re living
You’d feel
That the world
Is always
Revolve
around you
and yet
it seems
to have always
forgotten
you


Everything looks nive and warm
When you’re on substance


11-13 Juli 2009


Apa yang akan terjadi esok hari
ketika kemarin telah sirna
bersama gelora dalam jiwa


kuingin menjadi abadi
seperti bintang dan bulan
yang jauh dipandang dan
sulit untuk dipegang


tapi kau menghilang
dari pandangan
dari harapan
sesaat setelah
angin barat
menghembuskan pertanda


itukah lantunan dalam gelisahmu:
aku yang nista penuh dusta
dan nafsu
labirin rasa ini menghanyutkan
dan aku pun mulai tenggelam


dalam hanyutan
impian juga kenangan
kumerapal sejuta kata
untuk berelegi
pada noda-noda


apa kata hati telah tertambat
apa kata noda telah tercecer
apa kata dusta telah menista


dan kau pun terkulum
dalam jiwamu sendiri
ditemani diriku yang jauh
dan berpraduga


kuhitung bintang
dengan jemari
kuhafalkan daerah-daerah
yang tak tertera dalam peta
kuingin terjun ke dalam masalah


tapi aku telah tertinggal
terbuang
oleh persepsi dan konstruksi
tentang cinta dan relasi
cerita atau nasi basi


supaya kau tahu
dimana dusta dibalut kata-kata
dan makna dijungkirbalikkan
maka kita telah terperangkap oleh rasa


rasa-rasa hampa yang
mengejar seperti
penyakit cacar
yang membuatmu malu
bersembunyi di kamar


kenangan apa yang telah kita tuai
kemarin rasanya lebih elok
untuk ditengok
saatku melihatmu tertawa
dengan mata yang berbinar
nyala


sore ini kau menangisi
langit yang cengeng
aku pun terdiam tak bergeming
semuanya menjadi hening


angin barat menutupi cerita ini
saatku baru saja mencium daratan
setelah berlayar melalui
lautan dan udara
impian yang sirna


ini bukan masalah versiku
atau versimu
aku telah salah
ini soal realita
mana yang ingin kita raba


lansekap tanpa daratan
hati yang terus berlayar
tersesat di lautan
namun kumasih saja terus berlabuh
dalam wujudmu yang menyerupai senja


Sesaat sebelum Pulau Dewata menyambutmu. Yk-2009



Some list of songs that i played to cure my heart ache:



The Adams – Fool (how appropriate, huh?)
Efek Rumah Kaca – Desember (Gara-gara si Rere nih, hoho)
Iron and Wine – Flightless Bird (Pas nonton Twilight, ada adegan dua protaganis lagi dansa, hoho, romantic? Dan baru tau ternyata lagunya Iron and Wine)
Tim Delaughter/Polyphonic Spree – Move away and Shine (Ritalin anybody?)




Sampai nanti ketika hujan tak lagi meneteskan duka…